Jakarta, CNBC Indonesia - Saham emiten pertambangan batu bara RI dibuka melemah pada perdagangan Rabu (12/7/2023), tercatat sembilan emiten melemah, satu bergerak stagnan dan satu berhasil menguat.
Terkoreksinya saham-saham batu bara RI pagi ini karena amblesnya harga batu bara kontrak Agustus di pasar ICE dengan terjun 2,2% di posisi US$134/ton pada Selasa (12/7/2023), bahkan sejak awal tahun harganya telah ambruk hingga 64%. Harga penutupan kemarin juga menjadi yang terendah sejak 21 Juni 2023.
Baca:
Kabar Komoditas Hari Ini: Yang Lain Pesta, Batu Bara Sengsara
Berikut adalah pergerakan saham sektor pertambangan batu bara di Bursa Efek Indonesia Rabu pagi (12/7/2023) hingga pukul 09.30 WIB. Dari 11 emiten hanya satu yang menguat dan satu bergerak stagnan.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO RESUME CONTENT
Ambruknya harga batu bara disebabkan oleh suramnya ekonomi China serta masih lemahnya permintaan serta harga komoditas energi lainnya.Seperti diketahui, inflasi China pada Juni 2023 kembali turun dan membuat pasar khawatir bahwa Negara Tirai Bambu akan mengalami deflasi.
Berdasarkan data dari Biro Statistik Nasional (NBS) China, melaporkan indeks harga konsumen (consumer price index/CPI) turun menjadi 0% pada Juni 2023 (year-on-year/yoy), dari sebelumnya pada Mei lalu sebesar 0,2%.
Data inflasi ini menambah bukti bahwa pemulihan ekonomi China tengah kehilangan momentum. Kekhawatiran deflasi telah meningkat dalam beberapa bulan terakhir, membebani kepercayaan konsumen.
Tentu saja daya beli yang lesu di China akan menjadi berbahaya bagi pasar batu bara dunia mengingat Tiongkok adalah konsumen terbesar batu bara di dunia.
Inflasi yang melandai menandai melemahnya daya beli sehingga aktivitas konsumsi dan produksi terancam lesu ke depan. Permintaan terhadap listrik dan sumber energi seperti batu bara pun bisa anjlok.
Harga batu bara juga melandai karena kabar negatif dari India. Impor batu bara thermal India terjun 24% (month to month/mtm) menjadi 13,95 juta ton pada Juni.
Dari dalam negeri, PT Golden Eagle Energy Tbk (SMMT) berhasil menghijau sendirian dibandingkan kompetitornya. Hari ini adalah hari pencatatan dividen SMMT yang telah cum date pada 10 Juli dan ex date pada 11 Juli 2023 kemarin.
Sedangkan PT Delta Dunia Makmur (DOID) telah memperpanjang periode buyback sepanjang tiga bulan mendatang, yang berlaku sejak 27 April 2023 sampai 26 Juli 2023. Dalam periode tersebut, perseroan berusaha untuk menyerap 810,73 juta lembar.
DOID juga menambah anggaran buyback dari US$33 juta menjadi US$45 juta alias Rp672,75 miliar dengan kurs Rp14.950 per dolar Amerika Serikat (US$). Artinya, terdapat limpahan dana segar US$19,45 juta atau setara Rp290,91 miliar.
Sanggahan: Artikel ini adalah produk jurnalistik berupa pandangan CNBC Indonesia Research. Analisis ini tidak bertujuan mengajak pembaca untuk membeli, menahan, atau menjual produk atau sektor investasi terkait. Keputusan sepenuhnya ada pada diri pembaca, sehingga kami tidak bertanggung jawab terhadap segala kerugian maupun keuntungan yang timbul dari keputusan tersebut.
[Gambas:Video CNBC]
Artikel Selanjutnya
Ulah Eropa! Harga Batu Bara Sepekan Melemah ke Level US$ 160
(saw/saw)
Source https://www.cnbcindonesia.com