Idaman Dari Masa ke Masa, Konglomerat Ini Miliki Saham BUMI

Admin Ugems
Lesen in 2 Minuten - Thu Sep 07 09:38:00 GMT 2023

Jakarta, CNBC Indonesia - PT Bumi Resources tercatat masuk FTSE Global Equity Index untuk kapitalisasi kecil dan mikro. Indeks FTSE Global Equity serangkaian indeks pasar saham yang disediakan oleh grup milik London Stock Exchange. Indeks FTSE Global Equity mencakup lebih dari 16.000 saham di 48 negara.
Selain BUMI, empat perusahaan Bakrie Group yang menjadi penghuni baru indeks ini yakni, PT Bumi Resources Tbk (BUMI), PT Bumi Reosurces Minerals Tbk (BRMS) di kapitalisasi kecil. Kemudian PT Darma Henwa Tbk (DEWA), dan PT Energy Mega Persada Tbk (ENERG) di kapitalisasi mikro.
Masuknya keempat perusahaan tersebut pada indeks FTSE turut membawa angin segar. Pada perdagangan hari ini misalnya, Rabu (23/8/2023), harga BUMI menguat 2,1% menjadi Rp 146/saham di penutupan sesi I.

Sekretaris dan Direktur Bumi Reosurces Dileep Srivastava mengatakan masuknya BUMI ke indeks FTSE Global Equity diharapkan dapat memberikan nilai tambah bagi perusahaan dan para pemegang saham serta lebih banyak menarik investor institusi. Mengingat, kini BUMI telah terbebas dari utang. Lalu, pada Maret 2023, BUMI juga menggelar private placement dalam rangka konversi wajib obligasi.



Private placement itulah yang menandakan Bumi Resources sudah menuntaskan seluruh utang terkait Penundaan Kewajiban Pembayaran Utang (PKPU)-nya. Masuknya BUMI ke indeks tersebut juga dinilai didorong dari kinerja BUMI yang telah mempertahankan produksi batubara di semester pertama 2023 sebanyak 35,4 juta ton, meningkat 2% secara tahunan.
Adapun produksi batu bara BUMI ditargetkan mencapai 75-80 juta ton. Untuk mencapai hal tersebut, Dileep menyebut BUMI harus bisa memproduksi sekitar 40 juta ton hingga 45 juta ton di paruh kedua ini.
"Akan ada peningkatan volume produksi. Efek El Nino dan cuaca yang kering dapat meningkatkan produksi," jelas Dileep.
Bumi menjadi salah satu produsen batu bara terbesar dan berada di bawah naungan Grup Bakrie. Konglomerasi ini tercatat memiliki bisnis di hampir semua sektor penting perekonomian mencakup bisnis pertambangan, energi, infrastruktur, jasa keuangan, kesehatan, telekomunikasi, media, perkebunan hingga teknologi.
Roda bisnis bidang pertambangan milik Grup Bakrie dilaksanakan oleh PT Bumi Resources Tbk (BUMI). BUMI mengendalikan dua raksasa tambang batu bara Tanah Air yakni PT Kaltim Prima Coal (KPC) dan PT Arutmin Indonesia.
Selain Bakrie Group, pemegang saham besar lainnya yakni dari Salim Group sebesar 28,38%. Kepemilikan Bakrie dan Salim pun seimbang, dengan porsi Grup Bakrie tercatat sebesar 28,32%.
Putra dari pendiri Grup Sinar Mas yakni Franky Oesman Widjaja memegang saham PT Bumi Resources Tbk (BUMI). Franky Widjaja menjadi pemegang saham terbesar BUMI urutan ke 11 dengan menguasai 1,64 miliar saham atau setara 0,44% pada tahun 2022. Franky Widjaja menguasai saham BUMI lewat PT BCA Sekuritas. Jumlah aset sahamnya di BUMI bernilai sekitar Rp 264 miliar pada 2022.
Franky Widjaja pun menjadi investor ritel kedua terbesar di BUMI, setelah Bambang Sihono. Bambang memegang saham BUMI melalui PT Samuel Sekuritas Indonesia sebanyak 3,57 miliar saham (0,96%) dan PT RHB Sekuritas Indonesia 2,32 miliar (0,63%).
Hal ini menandakan BUMI menjadi salah satu perusahaan idaman para konglomerat dan tetap menarik dari masa ke masa. Selain itu, dengan masuknya perusahaan ke indeks FTSE pun menjadi sentimen positif bagi investor.
Sebagai informasi,perusahaan yang telah berdiri sejak 26 Juni 1973 ini memiliki area operasional yang tersebar luas mulai dari Sumatera Utara (Dairi Prima Mineral), Sumatera Selatan (Pendopo Energi Batubara), Kalimantan Timur (Kaltim Prima Coal), Kalimantan Selatan (Arutmin Indonesia), dan Republik Yaman (Gallo Oil).




[Gambas:Video CNBC]





(rah/rah)



Source https://www.cnbcindonesia.com

Seitenkommentare