Proyek Kebanggaan Jokowi Terganjal Biaya Tangkap Karbon

Admin Ugems
Een minuut lezen - Thu Sep 14 02:01:00 GMT 2023

Jakarta, CNBC Indonesia - Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) membeberkan bahwa salah satu hambatan bagi program hilirisasi batu bara di Indonesia adalah dikarenakan adanya tambahan biaya untuk teknologi penangkap karbon atau carbon capture.
Menteri ESDM Arifin Tasrif mengatakan bahwa salah satu hambatan pada program hilirisasi batu bara, khususnya proyek hilirisasi batu bara menjadi Dimethyl Ether (DME) yang dibangun PT Bukit Asam Tbk (PTBA) bersama PT Pertamina (Persero) dikarenakan masalah pembiayaan untuk penangkapan karbon.
"Satu lagi juga yang masih menjadi hambatan kita itu adalah cost untuk carbon capture ini," ungkap Arifin saat ditemui di Gedung DPR RI, Jakarta, Rabu (13/9/2023).

Dia juga menjelaskan bahwa mundurnya investor pada proyek tersebut yakni perusahaan asal Amerika Serikat (AS), Air Products and Chemicals Inc, adalah perusahaan yang sudah memiliki lisensi. Dengan begitu, dia mengatakan pengganti investor tersebut juga harus yang setara alias yang memiliki lisensi juga.
"Itu kan investornya mundur ya. Dulu kan investor itu yang punya lisensi, ke depannya memang harus cari juga yang sejenis, yang juga bisa membawa dana untuk investasi," tambahnya.
Dia juga mengungkapkan kelanjutan proyek tersebut akan lebih baik jika harga batu bara yang digunakan ekonomis.
"Tadi juga dengan, kalau mungkin harga batu baranya memang cukup ekonomis itu akan bagus," terangnya.

Seperti diketahui, program hilirisasi batu bara yang digencarkan Presiden Joko Widodo (Jokowi) hingga kini tak kunjung jalan. Terlebih, ketika perusahaan petrokimia asal Amerika Serikat (AS), yakni Air Products and Chemicals Inc, mundur dari dua proyek gasifikasi batu bara di Indonesia.
Padahal, Presiden Jokowi membanggakan proyek gasifikasi batu bara ini karena bisa menekan impor Liquefied Petroleum Gas (LPG) nasional, dan pada akhirnya bisa menghemat devisa negara.
Lantas, apa yang membuat proyek gasifikasi batu bara menjadi dimethyl ether (DME) atau methanol sulit direalisasikan?
Plh Direktur Eksekutif Asosiasi Pertambangan Indonesia (IMA) Djoko Widajatno mengatakan, pengganti Air Products di proyek gasifikasi batu bara di Indonesia merupakan perusahaan asal China. Namun memang, lanjutnya, saat ini proses negosiasi masih berlangsung.
Djoko menyebut, persoalan utama yang membuat perusahaan asal AS ini hengkang dari proyek gasifikasi batu bara RI lantaran tingkat keuntungan yang didapat belum mencukupi.
"Faktor utamanya masalah keuntungan yang diperoleh belum memadai," kata Djoko kepada CNBC Indonesia, Rabu (30/8/2023).
Hal itu diperparah lagi dengan belum adanya kepastian harga jual DME di dalam negeri. Ini lantaran infrastrukturnya sendiri di Indonesia juga belum terbangun.
"Sebenarnya belum ada kepastian harga jual DME, karena infrastruktur juga perlu dibangun. Jadi harga jualnya pasti lebih tinggi dari harga kalau diimpor, kata Djoko.




[Gambas:Video CNBC]





(wia)



Source https://www.cnbcindonesia.com

Paginareacties