16 Saham Batu Bara Perkasa Juaranya Tak Terduga

Admin Ugems
Uma leitura de um minuto - Tue Aug 15 06:46:00 GMT 2023

Jakarta, CNBC Indonesia - Mayoritas saham emiten batu bara kembali bergairah pada perdagangan sesi I Senin (17/7/2023), meski harga batu bara terus mencatatkan koreksi hingga akhir pekan lalu.
Per pukul 09:25 WIB, dari 20 saham batu bara RI, 16 saham terpantau menguat, dua saham cenderung stagnan, dan dua saham terpantau melemah.
Berikut pergerakan saham emiten batu bara pada perdagangan sesi I hari ini.



Sumber: RTI
Saham PT Prima Andalan Mandiri Tbk (MCOL) memimpin penguatan saham batu bara pada sesi hari ini, yakni melonjak 4,37% ke posisi Rp 4.540/saham.
Tak hanya itu, saham raksasa batu bara juga kompak menguat pada hari ini, di mana saham PT Bayan Resources Tbk (BYAN) menjadi yang paling besar penguatannya dibanding saham raksasa batu bara lainnya yakni melompat 3,72% ke Rp 19.500/saham.

Namun, untuk saham PT Alfa Energi Investama Tbk (FIRE) kembali menjadi saham batu bara yang koreksinya paling besar yakni mencapai 1,56% menjadi Rp 63/saham.
Saham batu bara RI kembali bergairah, meski harga batu bara dunia belum ada tanda-tanda untuk bangkit hingga hari ini.
Pekan lalu saja, harga batu bara hanya mencatatkan sekali penguatan setelah 4 hari beruntun mengalami koreksi. Bahkan koreksi sudah terjadi sejak perdagangan 4 Juli 2023. Sejak itu, harga batu bara mencatatkan koreksi 8 hari beruntun dengan total penurunan mencapai 15,93%.
Melansir data dari Refinitiv, Jumat akhir pekan lalu ditutup melesat 4,4% di posisi US$ 132,75 per ton. Ini menjadi satu-satunya penguatan pada perdagangan pekan ini.
Perlu diketahui, harga batu bara saat ini sudah mencapai titik terendah terhitung sejak dua tahun yang lalu atau pada 25 Juni 2021.
Berbagai sentimen negatif terus menyelimuti harga batu bara. Mulai dari lesunya ekonomi China, melandainya permintaan dari India dan Eropa, serta jatuhnya harga gas alam membuat harganya tak mampu menghijau.
Lesunya ekonomi China sudah jelas dengan rilisnya serangkaian data ekonomi yang tak juga menunjukan kebahagiaan.
Pada pekan lalu, ekspor China dilaporkan turun dengan besaran paling jumbo dalam tiga tahun pada Juni, angkanya merosot lebih buruk dari perkiraan yakni 12,4% secara tahunan (year-on-year/yoy). Sementara Impor juga turun lebih dari yang diharapkan yakni sebesar 6,8% (yoy).
Selain China, India dan Eropa juga menjadi 'biang kerok' karena masih lesunya permintaan batu bara.
Meski harga batu bara terus mencatatkan pelemahan, tetapi saham batu bara di RI juga terus bergerak menghijau, seakan terjadi anomali.
Sepertinya, emiten-emiten batu bara yang mulai mendiversifikasi lini usahanya menjadi penyebab saham batu bara di RI tidak terlalu berdampak akibat penurunan harga batu bara.
Emiten batu bara saat ini berfokus dengan ekspansi ke bidang lain seperti energi baru terbarukan (EBT) dan tambang mineral. Selain itu, tak sedikit emiten batu bara juga merambah bisnis lainnya seperti contoh menjadi salah satu produsen kendaraan listrik.
CNBC INDONESIA RESEARCH
[emailprotected]
Sanggahan: Artikel ini adalah produk jurnalistik berupa pandangan CNBC Indonesia Research. Analisis ini tidak bertujuan mengajak pembaca untuk membeli, menahan, atau menjual produk atau sektor investasi terkait. Keputusan sepenuhnya ada pada diri pembaca, sehingga kami tidak bertanggung jawab terhadap segala kerugian maupun keuntungan yang timbul dari keputusan tersebut.


[Gambas:Video CNBC]





(chd/chd)



Source https://www.cnbcindonesia.com

Comentários da Página