Jakarta, CNBC Indonesia - Kementerian Koordinator Bidang Kemaritiman dan Investasi (Kemenko Marves) membeberkan target utama dari Bursa Karbon Indonesia yaitu pelaku di sektor transportasi dan pembangkit listrik, bukan perusahaan tambang. Pasalnya, kedua sektor ini merupakan penghasil emisi karbon terbesar di Indonesia.
Deputi Bidang Koordinasi Investasi dan Pertambangan Kemenko Marves Septian Hario Seto menjelaskan, target utama dari diluncurkannya bursa karbon adalah untuk pasar sektor transportasi dan pembangkit listrik. Sementara untuk perusahaan tambang maupun smelter, menurutnya emisi yang dihasilkan tidak sebesar dua sektor tersebut.
"Kalau dilihat dari sumber emisi di Indonesia, yang pertama paling besar kan dari energi power sector PLTU batu bara dan transportasi. Saya kira ini nanti yang jadinya untuk perdagangan karbon. Kalau dari perusahaan tambang emisinya masih belum terlalu besar," kata Seto dalam Program Sustainable Future CNBC Indonesia, dikutip Rabu (27/09/2023).
Meski demikian, saat ini pemerintah juga mendorong para perusahaan tambang dan smelter untuk mengurangi penggunaan energi fosil dari PLTU. Hal tersebut menyusul permintaan global agar produk yang dihasilkan dapat menggunakan energi hijau.
"Kalau kita lihat banyak perusahaan tambang atau smelter yang sudah merencanakan mengurangi PLTU batu bara angkanya bisa mencapai 15% yang akan digantikan dengan solar panel (panel surya) dan wind power," kata dia.
Ia pun melihat di berbagai daerah seperti Weda Bay, Morowali dan Pulau Obi telah menyiapkan rencana detail. Khususnya, dalam penggunaan energi bersih sebagai pengganti PLTU batu bara.
Sebelumnya, Presiden Republik Indonesia (RI) Joko Widodo (Jokowi) mengungkapkan potensi pasar bursa karbon Indonesia yang baru saja diluncurkan kemarin, Selasa (26/09/2023) bisa mencapai Rp 3.000 triliun.
"Menurut catatan saya ada kurang lebih 1 Giga Ton CO2 kredit karbon yang bisa ditangkap, dan jika dikalkulasi potensi bursa karbon kita bisa mencapai potensinya Rp 3.000 triliun bahkan bisa lebih," ujar Jokowi dalam acara peluncuran bursa karbon Indonesia, di BEI, Selasa (26/09/2023).
Menurutnya, ini merupakan sebuah angka yang sangat besar, dan akan menjadi menjadi kesempatan ekonomi baru yang berkelanjutan sejalan arah dunia yang menuju ekonomi hijau.
"Karena ancaman perubahan iklim sangat bisa kita rasakan dan sudah kita bisa rasakan kita tidak bisa main main ini. Naik suhu bumi, kekeringan, polusi sehingga dibutuhkan langkah kongkrit, dan bursa karbon bisa menjadi langkah konkrit untuk Indonesia mencapai target NDC," lanjut Jokowi.
Dirinya juga meminta standar karbon internasional sebagai rujukan manfaatkan teknologi untuk transaksi. Kedua harus ada target timeline baik pasar dalam maupun luar negeri segera masuk ke sana.
Ketiga, atur dan fasilitasi pasar karbon sukarela sesuai praktek di komunitas internasional, serta memastikan standar internasional itu tidak mengganggu target NDC Indonesia.
"Saya optimis Indonesia bisa jadi poros karbon dunia asal langkah konkrit di garap konsisten seluruh pemangku kepentingan," tutup Jokowi.
[Gambas:Video CNBC]
(wia)
Source https://www.cnbcindonesia.com