Jakarta, CNBCIndonesia - Dunia yang sedang dihadapkan dengan kenaikan suku bunga menjadikan pasar saham Indonesia (Indeks Harga Saham Gabungan/IHSG) kurang menarik bagi investor. Pelaku pasar khawatir dengan ketidakpastian sehingga cenderung menahan aksi beli atau wait and see. Meskipun pada pekan lalu IHSGkembali meleset setelah berbulan-bulan stagnan.
Kenaikan suku bunga terjadi disebabkan oleh kebijakan pelonggaran keuangan (Quantitative Easing/QE) yang terjadi saat pandemi. Kebijakan tersebut berdampak pada tingginya likuiditas, sehingga terjadi inflasi.
Untuk mengerem tingginya laju inflasi, berbagai bank sentral dunia menerapkan kebijakan suku bunga tinggi. Bank sentral yang sudah hawkish atau agresif dalam meningkatkan suku bunga telah lebih baik dalam mengendalikan tingginya laju inflasi.
Hal ini akan menjadi potensi ke depan akan menjadi kesempatan bank sentral mulai dovish atau mengerem kebijakan suku bunganya. Hal ini akan menjadi kesempatan perekonomian dapat kembali bergeliat.
Perilaku pasar cenderung lebih cepat dalam bertindak, sehingga pasar berpotensi kembali memasuki fase bullish.
Para analis menggarisbawahi bahwa saat ini kenaikan suku bunga bukanlah tanda ancaman bagi prospek saham secara keseluruhan. Faktanya, pemulihan ekonomi yang kuat dan fundamental yang solid masih mendukung performa pasar saham secara keseluruhan.
Sepanjang semester pertama 2023, IHSG telahnaik 2,46%. Hal ini menjadi hasrat pasar bahwa perekonomian sudah mulai menunjukkan perbaikan.
Pasar cenderung akan lebih agresif ketika suku bunga mulai melambat, sebab uang tidak lagi sulit didapatkan. Dana akan cenderung lebih murah dengan bunga kredit yang lebih rendah dan likuiditas lebih tinggi, sehingga pasar lebih berani untuk berinvestasi pada aset dengan risiko tinggi (risk on).
Hal ini juga terjadi saat awal pandemi dengan adanya kebijakan QE. Saham-saham dengan risiko tinggi memasuki fase bullish saat itu. Hal ini ditandai dengan kenaikan saham sektor teknologi dan bank digital.
Saham PT GoTo Gojek Tokopedia Tbk (GOTO) telah mengalami rebound 8,5% dari titik terendahnya pada bulan ini. Saham bank digital PT Allo Bank Indonesia Tbk (BBHI) juga mengalami rebound dari titik terendahnya (29/5/2023) mencapai 76%.
Biasanya, siklus perekonomian akan dilanjutkan dengan booming sektor komoditas. Salah satu komoditas yang telah menunjukkan rebound adalah batu bara. Dari penutupan akhir semester pertama, batu bara telah melesat 4,6%. Berdasarkan hal tersebut, apakah sektor batu bara berpotensi kembali memasuki fase bullish?
Sanggahan: Artikel ini adalah produk jurnalistik berupa pandangan CNBC Indonesia Research. Analisis ini tidak bertujuan mengajak pembaca untuk membeli, menahan, atau menjual produk atau sektor investasi terkait. Keputusan sepenuhnya ada pada diri pembaca, sehingga kami tidak bertanggung jawab terhadap segala kerugian maupun keuntungan yang timbul dari keputusan tersebut.
[Gambas:Video CNBC]
(mza/mza)
Source https://www.cnbcindonesia.com