Jakarta, CNBC Indonesia - Menteri Koordinator Bidang Kemaritiman dan Investasi (Menko Marves) Luhut Binsar Pandjaitan mengungkapkan bahwa Indonesia memiliki potensi penyimpanan emisi karbon atau CO2 mencapai 600 giga ton melalui Carbon Capture and Storage (CCS).
Teknologi CCS ini bisa digunakan untuk membantu mencapai target Indonesia menuju Netral Emisi Karbon (Net Zero Emission/NZE) tahun 2060 mendatang.
"Net zero emission ini tanpa carbon capture CCS, carbon capture storage itu tidak akan jalan. Dan di Indonesia yang paling besar, CCS, depleted reservoir itu kita punya sampai hampir 600 gigaton. We are the largest CCS di dunia," ujarnya dalam acara HUT ke-52 Himpunan Pengusaha Muda Indonesia (Hipmi), di Hotel Fairmont, Jakarta, Senin (10/6/2024).
Luhut juga mengatakan bahwa CCS merupakan bisnis baru dalam kurun waktu 5-10 tahun mendatang. Hal itu dilakukan dengan menginjeksikan CO2 yang disimpan dalam CCS ke dalam akuifer garam ataupun ke dalam sumber minyak dan gas bumi (migas) yang mengalami penurunan produksi.
"Dan itu bisnis baru, bisnis ke depan 5-10 tahun ke depan ini. Dan orang harus inject CO2-nya ke dalam depleted reservoir atau saline acquifer tadi. Karena tanpa itu tidak akan pernah zero emission di capai 2050," tambahnya.
Adapun, dia mengungkapkan potensi penggunaan CCS bisa dilakukan di dalam negeri khususnya di wilayah Sulawesi dan dekat Bali. "CCS saya Singgung, Carbon Capture Storage ini, ini juga Anda sudah lihat di sini, ini banyak pusat di Sulawesi, di dekat Bali, itu juga banyak crack yang bisa ditempatkan untuk CCS," bebernya.
Sebelumnya, Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) mengungkapkan bahwa Indonesia memiliki potensi penyimpanan emisi karbon hingga 570 giga ton.
Direktur Teknik dan Lingkungan Direktorat Jenderal Minyak dan Gas Bumi (Ditjen Migas) kementerian esdm Noor Arifin Muhamad pernah mengungkapkan bahwa setidaknya ada 20 potensi sumber daya penyimpanan karbon di akuifer garam dan reservoir minyak dan gas yang sudah habis.
"Ini hasil kajian Lemigas kita (Indonesia) punya potensi 570 gigaton (CO2)," ujarnya dalam acara Indonesian Petroleum Association Convention & Exhibition (IPA Convex), di ICE BSD Tangerang Selatan, Rabu (15/5/2024).
Detailnya, sebesar 577,62 gigaton CO2 tersebar di 20 lokasi dengan dua sumber yakni dari reservoir migas yang habis dan akuiver garam.
Berikut daftar potensi penyimpanan CO2 di dalam negeri berdasarkan catatan Ditjen Migas kementerian esdm:
1. North East Java: 100.83 Giga Ton
2. Tarakan: 91,92 Giga Ton
3. North Sumatera: 53,34 Giga Ton
4. Makassar Strait: 50,70 Giga Ton
5. Central Sumatera: 43,54 Giga Ton
6. Kutai: 43,00 Giga Ton
7. Banggai: 40,31 Giga Ton
8. South Sumatera: 39,69 Giga Ton
9. Kendeng: 30,64 Giga Ton
10. West Natuna: 13,15 Giga Ton
11. Barito: 12,05 Giga Ton
12. Seram: 11,58 Giga Ton
13. Pasir: 10,36 Giga Ton
14. Salawati: 8,75 Giga Ton
15. West Java: 7,22 Giga Ton
16. Sunda Asri: 6,52 Giga Ton
17. Sengkang: 4,31 Giga Ton
18. Bintuni: 2,13 Giga Ton
19. North Serayu: 1,55 Giga Ton
20. Bawean: 1,16 Giga Ton
[Gambas:Video CNBC]
(pgr/pgr)
Source https://www.cnbcindonesia.com