Tanjung (ANTARA) - Nenek Masdi (69), warga Desa Dahur, Kecamatan Tanta, Kabupaten Tabalong, Kalimantan Selatan punya keterbatasan ekonomi dan fisik.Sebagai petani karet ia harus merawat dan menghidupi dua cucu yatim piatuHanafi (11 tahun) dan Muhammad Nafis (7 tahun).Keduanya sekolah di SD Negeri Dahur dan menjadi penerima bantuan program "Satu Seragam Sejuta Harapan" yang diinisiasi PT adaro Indonesia dan Yayasan Amanah Bangun Negeri (YABN).Hanafi yang duduk di kelas 5 sekolah dasar dan adiknya Nafis (kelas 1) selain menerima bantuan seragam juga mendapat perlengkapan sekolah seperti tas dan sepatu.Bagi Nenek Masdi bantuan paket seragam dan perlengkapan sekolah ini menjadi berkah tersendiri di tengah beratnya beban kehidupan yang dipikul,.“Terima kasih kepada YABN dan adaro yang sudah memberikan bantuan bagi cucuku,” ujar Nenek Masdi.Ia berharap cucunya bisa terus melanjutkan sekolah meski perekonomian Nenek Masdi dalam keterbatasan.
“Harapannya Hanafi bisa pelan-pelan lanjut sekolah. Saya juga minta umur panjang supaya bisa terus mengurus mereka,” tuturnya.Kehidupan Nenek Masdi sendiri semakin berat sejak kepergian suaminya tiga tahun lalu.Tragedi lain menyusul saat anak dan menantunya, orang tua Hanafi, meninggal dunia. Sang ibu wafat pada tahun 2022, disusul ayahnya pada 2025. Muhammad Nafis pun mengalami nasib serupa, tanpa kehadiran orang tua di sisinya.
Sebagai pelaksana Program "Satu Seragam Sejuta Harapan" dari YABN, Bambang Sudaryanto, menyampaikan program ini bertujuan meringankan beban keluarga kurang mampu dan memastikan anak-anak tetap semangat bersekolah.“Kami menyadari banyak anak yang memiliki semangat belajar tinggi namun terkendala secara ekonomi," ungkap Bambang. Melalui program ini, adaro ingin memastikan mereka tetap memiliki akses ke pendidikan, salah satunya lewat dukungan seragam sekolah.
Source https://kalsel.antaranews.com