Laba Bukit Asam (PTBA) Tergerus 55%, Ternyata Karena Ini...

Admin Ugems
A Minute Read - Thu Sep 07 09:43:00 GMT 2023

Jakarta, CNBC Indonesia - Emiten batu bara anggota Holding BUMN Pertambangan MIND ID, PT Bukit Asam Tbk (PTBA) pada semester I - 2023 mencatat laba bersih sebesar Rp 2,8 triliun. Laba tersebut anjlok 54,8% dibandingkan periode yang sama tahun 2022 yang sebesar Rp 6,2 triliun.
Berbagai hal yang menjadi tantangan bagi Perseroan di tahun ini, di antaranya adalah koreksi harga batu bara dan fluktuasi pasar. Harga batu bara ICI-3 menurun sekitar 48% dari US$ 138,5 per ton pada Juni 2022 menjadi US$ 72,63 per ton pada Juni 2023.

Sementaraitu pendapatan PTBAsejatinyatercatat tumbuh 2% menjadi Rp 18,9 triliun, akan tetapipertumbuhan ini ditopang oleh produksi yang meningkat 18% secara tahunan. Apabila harga masih sama kuatnya dengan tahun lalu, pendapatan seharusnya mengalami peningkatan yang lebih tinggi dibandingkan kenaikan tipis 2% tahun ini.

Total produksi batu bara PTBA pada Semester I 2023 mencapai 18,8 juta ton, tumbuh 18% dibanding periode yang sama tahun 2022 yakni sebesar 15,9 juta ton.
Kenaikan produksi ini mendorong kenaikan volume penjualan batu bara sebesar 19% menjadi 17,4 juta ton. Pada semester I 2023, Perseroan mencatat penjualan ekspor sebesar 7,1 juta ton atau naik 37% dibanding periode yang sama tahun sebelumnya. Sementara realisasi Domestic Market Obligation (DMO) tercatat sebesar 57%.
Kenaikan ekspor dan DMOharusnya mengangkat pendapatan PTBAsecara signifikan, namun koreksi harga di pasar global akhirnya membuat pertumbuhan pendapatan perusahaan hanya terangkat naik sedikit saja.
Lalu kenapa laba bisa tergerus lebih dari setengahnya kala pendapatan naik?
Tergerusnya laba perusahaan dibebani oleh melonjaknyaharga pokok penjualan (HPP/COGS), di antaranya pada komponen biaya royalti, angkutan kereta api, dan jasa penambangan
Komponen HPPmemiliki sensitivitas rendah dan tidak dipengaruhi oleh fluktuasi harga batu bara. Selain itu ongkos produksi per ton juga terikat dengan jumlah produksi batu bara yang mana semakin besar produksi beban ongkos produksi makin besar.
Artinya kala harga batu bara global turun, pendapatan perusahaan hanya mengalami kenaikan tipis meski jumlah produksi naik signifikan. Sementara itu beban usaha malah membengkak karena produksi batu bara yang naik signifikan yang mana pada akhirnya menggerus laba perusahaan.
dalam 6 bulan pertama tahun ini jasa penambangan PTBAtercatat naik 23% menjadi RP 4,42 triliun, jasa angkutan kereta api naik 43% menjadi 4,05 triliun dan royalti ke pemerintah naik 120% menjadi Rp 2,39 triliun.


[Gambas:Video CNBC]






(fsd/fsd)



Source https://www.cnbcindonesia.com

Page Comments