Tok! Pemerintah Takkan Keluarkan Izin Baru untuk Smelter Nikel Ini

Admin Ugems
A Minute Read - Fri Mar 08 01:00:00 GMT 2024

Jakarta, CNBC Indonesia - Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) mengungkapkan pemerintah berencana tidak akan lagi memberikan izin operasi untuk fasilitas pengolahan dan pemurnian (smelter) nikel, khususnya untuk nikel kelas dua.
Staf Khusus Menteri ESDM Bidang Percepatan Tata Kelola Mineral dan Batu Bara Irwandy Arif mengatakan, pemerintah tidak akan memberikan izin untuk smelter nikel kelas dua berteknologi Rotary Kiln Electric Furnace (RKEF), yang menghasilkan produk olahan nikel kelas dua berupa Nickel Pig Iron (NPI) dan feronikel (FeNi).
"Perizinan baru untuk smelter RKEF di kementerian esdm ada kemungkinan tidak dikeluarkan lagi," ungkapnya kepada CNBC Indonesia, Kamis (7/3/2024).

Namun, Irwandy menegaskan, pemerintah belum menghentikan atau moratorium pembangunan smelter baru.
"(Saat ini) belum ada moratorium," tegasnya.
Irwandy mengatakan, nantinya pembangunan smelter nikel baru di Indonesia akan didorong pada jenis smelter hidrometalurgi atau smelter High Pressure Acid Leaching (HPAL) yang menggunakan bijih nikel kadar rendah (limonite). Adapun smelter HPAL ini akan menghasilkan Mixed Hydroxide Precipitate (MHP) maupun nikel sulfat yang bisa diolah lagi menjadi bahan baku baterai kendaraan listrik.
"Tidak dikeluarkan izin baru untuk pirometalurgi. (Akan) didorong ke hidrometalurgi," jelasnya.
Selain itu, dia juga menyebutkan jika tidak dilakukan penambahan cadangan untuk jenis bijih nikel kadar tinggi (saprolite), maka cadangan saprolite di Indonesia akan semakin menipis dan diperkirakan akan habis dalam 11 tahun mendatang.
"Ketersediaan saprolite kalau tidak ada penambahan cadangan dan tidak ada penurunan produksi RKEF akan habis dalam 11 tahun," tandasnya.
Sebelumnya, kementerian esdm buka-bukaan perihal cadangan nikel Indonesia yang kian menipis. Dalam catatan Kementerian, cadangan nikel Indonesia bisa habis dalam kurun waktu 6-11 tahun lagi. Menipisnya cadangan nikel di Indonesia sejatinya imbas dari banyaknya pembangunan smelter.
Tercatat, untuk nikel melalui proses pirometalurgi atau yang memproses nikel kadar tinggi terdapat sebanyak 44 smelter. Sedangkan untuk nikel yang melalui proses hidrometalurgi yang memproses nikel kadar rendah sebanyak 3 smelter.
Dengan smelter yang ada, konsumsi bijih nikelnya untuk pirometalurgi dengan kadar tinggi, yaitu saprolite, adalah sebesar 210 juta ton per tahun. Dan untuk hidrometalurgi yang menghasilkan bahan baku komponen baterai, memerlukan bijih nikel kadar rendah, yaitu limonite, sebesar 23,5 juta ton per tahun.
Saat ini masih terdapat smelter nikel dalam tahap konstruksi, di antaranya untuk proses pirometalurgi terdapat sebanyak 25 smelter dan smelter nikel melalui proses hidrometalurgi terdapat 6 smelter dalam tahap konstruksi.
Bahkan, masih ada rencana pembangunan smelter pirometalurgi sebanyak 28 smelter dan untuk smelter dengan proses hidrometalurgi sedang dalam tahap perencanaan sebanyak 10 smelter.
Secara keseluruhan cadangan nikel baik jenis saprolite dan limonite kira-kira tersisa 5,2 miliar ton. Sementara dengan konsumsi yang seperti disampaikan atau mencapai sekitar 210 juta ton saprolite dan 23,5 juta ton limonite, maka umurnya hanya tersisa 6-11 tahun lagi.





[Gambas:Video CNBC]






(wia)



Source https://www.cnbcindonesia.com

Page Comments